Tuesday, April 24, 2018

Filled Under:

surah yusuf


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
     Surah Yusuf terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyyah karena diturunkan di Mekah sebelum hijrah. Surah ini dinamakan surah Yusuf adalah karena titik berat dari isinya adalah mengenai riwayat Nabi Yusuf a.s. riwayat tersebut salah satu diantara cerita-cerita ghaib yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai mukjizat bagi beliau, sedang beliau sebelum diturunkan surah ini tidak mengetahuinya. Menurut riwayat Al-Baihaqi dalam kitab Ad Dalail bahwa segolongan orang Yahudi masuk islam sesudah mendengar cerita Yusuf a.s. ini, Nabi Muhammad SAW. Mengambil pelajaran-pelajaran yang banyak dan merupakan penghibur terhadap beliau dalam menjalankan tugas.
1
 
     Surah Yusuf ini seluruh isinya berkisar pada cerita Nabi Yusuf a.s. dan saudara-saudaranya beserta orang mereka. Cara penuturan Nabi Yusuf ini kepada Nabi Muhammad SAW. berbeda dengan kisah-kisah nabi-nabi yang lain, yaitu kisah Nabi Yusuf a.s. ini khusus diceritakan dalam satu surah saja sedang kisah nabi-nabi yang lain disebutkan dalam beberapa surah. Isi dari kisah Nabi Yusuf a.s. ini berlainan pula dengan kisah-kisah nabi-nabi yang lain. Dalam kisah nabi-nabi yang lain Allah menitik beratkan kepada tantangan yang bermacam-macam dari kaum mereka, kemudian mengakhiri kisah itu dengan kemusnahan para penantang para nabi itu. Didalam kisah Nabi Yusuf a.s. ini, Allah SWT. Menonjolkan akibat yang baik daripada  kesabaran, dan bahwa kesenangan itu datangnya sesudah penderitaan. Allah menguji Nabi Ya’qub a.s. dengan kehilanga puteranya Yusuf a.s. dan penglihatannya, dan menguji ketabahan dan kesabaran Yusuf a.s. dengan dipisahkan dari ibu bapanya, dibuang kedalam sumur, dan diperdangkan sebagai budak. Kemudian Allah SWT. Menguji imannya dengan godaan wanita cantik lagi bangsawan dan akhirnya dimasukkan kedalam penjara. Kemudian Allah SWT. Melepaskan Yusuf a.s. dan ayahnya dari segala penderitaan dan cobaan itu, menghimpunkan mereka kembali, mengembalikan penglihatan Ya’qub a.s. dan menghidupkan kembali cinta kasih antara mereka dengan Yusuf a.s.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa Asbabun Nuzul tentang surah Yusuf ?
b. Apa keutamaan dan kelebihan surah Yusuf dari surah yang lain ?
c. Kenapa surah ini dinamakan surah Yusuf ?
d. Apa isi kandungan pokok dalam surah Yusuf ?
e. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam surah Yusuf ?




1.3 Tujuan Masalah
     Adanya rumusan masalah diatas ini, penulisan makalah ini bertujan untuk mengetahui tentang :
a. Asbabun Nuzul surah Yusuf
b. Keutamaan dan kelebihan surah Yusuf
c. Sebab penamaan surah Yusuf
d. Isi kandungan pokok dalam surah Yusuf
e. Nilai-nilai pendidikan yang ada didalam surah Yusuf



 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asbabun Nuzul Surah Yusuf
نحن نقصّ عليك احسن القصص بمآ او حينآ اليك هذا القرانفانصلى وان كنت من قبله لمن الغفلين
       Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahuai.
(Q. S. Yusuf: 3)
       Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah sekian lama turun ayat-ayat al-Qur’an kepada Nabi saw. Dan dibacakannya kepada para sahabat, mereka berkata: “ Ya Rasulullah, bagaimana jika tuan bercerita kepada kami?” Maka Allah Menurunkan, Allahu nazzala ahsanal hadits ... (Allah Telah Menurunkan Perkataan yang paling baik ...) sampai akhir ayat ( Q. S. 39 az- Zumar: 23)[1] , yang menegaskan bahwa Allah telah menurunkan sebaik-baik cerita.
4
 
       Menurut Ibnu Abi Hatim, para sabahat berkata lagi: “ Ya Rasulullah, bagaimana jika tuan mengingatkan kami?” Maka Allah MenurunkanAyat ini (  Q. S. 57 al-Hadid: 16)[2], yang mengingatkan banyaknya ayat yang telah diturunkan Allah agar mereka menundukkan diri kepada-Nya. (diriwayatkan oleh al-Hakim dan lain-lain, yang bersumber dari Sa’d bin Abi Waqqash).
       Menurut riwayat lain, para sahabat itu berkata: “ Ya Rasulullah, bagaimana jika tuan mengisahkan sesuatu kepada kami?” Maka Allah Menurunkan Ayat ini ( Q. S. 12 Yusuf : 3) yang menegaskan bahwa di dalam al-Qur’an sudah terdapat kisah-kisah yang baik sebagai teladan bagi kaum Mukminin. ( Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dariIbnu ‘Abbas. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu  Muduwaih yang bersumber dari Ibnu Mas’ud).[3]
       Diriwayatkan dari Sa’id bin Abi Waqqas bahwasanya suatu ketika para sahabat meminta kepada Rasulullah untuk bercerita tentang kisah-kisah indah umat sebelum mereka. Permintaan sahabat ini juga yang kemudian menyebabkan diturunkannya surah Az-Zumar  ayat 23 yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah sebaik-baik kisah. Kemudian, turunlah ayat ini.
B. Keutamaan dan Kelebihan Surah Yusuf
       Surah ini turun berkenaan dengan pembicaraan antara sekelompok kafir Quraisy dan sekelompok orang Yahudi. Dalam perbincangan itu, orang Yahudi meminta sekelompok orang kafir untuk menanyakan kepada Muhammad, mengapa anak cucu Ya’kub berpindah tempat tinggal dari Syam ke Mesir dan bagaimana hakikat kisah dari Nabi Yusuf. Maka, turunlah surah ini.
C. Sebab Penamaan
       Surah Yusuf adalah satu-satunya nama dari surah ini. Ia dikenal sejak masa Nabi Muhammad saw. Penamaan itu sejalan juga dengan kandungannya yang menguraikan kisah Nabi Yusuf as. Berbeda dengan banyak nabi yang lain, kisah beliau hanya disebut dalam surah ini. Nama beliau-sekadar nama-disebut dalam surah al-An’am dan surah al-Mu’min (Ghafir).[4]
Dinamakan surah Yusuf karena sebagian besar isinya menceritakan kisah Nabi Yusuf. Berbagai cobaan beliau hadapi (maker saudara-saudaranya, berpisah dengan orang tua yang dicintainya, dirayu wanita, dipenjara, dll). Namun, berkat kesabarannya maka Allah mengganti cobaan tersebut dengan kebaikan  dan kenikmatan. Riwayat tersebut salah satu diantara cerita-cerita gaib yang diwahyukan kepada nabi Muhammad sebagai mukjizat bagi dia, sedang dia sebelum diturunkan surah ini tidak mengetahuinya. Menurut riwayat Al-Baihaqi dalam kitab ad-Dalail bahwa segolongan orang Yahudi masuk agama Islam sesudah mereka mendengar cerita Yusuf ini, karena sesuai dengan cerita-cerita yang mereka ketahui. Dari cerita Yusuf ini, Nabi Muhammad mengambil pelajaran-pelajaran yang banyak dan merupakan penghibur terhadap dia dalam menjalankan tugasnya.


D. Isi Kandungan Pokok
       Surah Yusuf yang ayat-ayatnya terdiri dari 111 ayat, adalah surah yang kedua belas dalam perurutan Mushaf, sesudah surah Hud an sebelum surah al-Hijr. Penempatan nya sesudah surah Hud sejalan dengan masa turunnya, karena surah ini dinilai oleh banyak ulama turun setelah turunnya surah Hud.
            Yusuf adalah putra Ya’qub Ibn Ibrahim as. Ibunya adalah Rahil, salah seorang dari tiga istri Nabi Ya’qub as. Ibunya meninggal ketika adiknya, Benyamin, dilahirkan, sehingga ayahnya mencurahkan kasih sayang yang besar kepada keduanya melebihi kasih sayang kepada kakak-kakaknya. Ini menimbulkan kecemburuan yang akhirnya mengantar mereka menjerumuskannya kesumur. Ia dipungut oleh kafilah orang-orang Arab yang sedang menuju ke Mesir. Ketika itu, yang berkuasa di Mesir adalah dinasti yang digelari oleh oraang Mesir dengan Heksos, yakni “para pengembala babi”. Pada masa kekuasaan Abibi yang digelari oleh al-Qur’an dengan al-malik-bukan Fir’aun-Yusuf tiba dan dijual oleh kafilah yang menemukannya kepada seorang penduduk Mesir yang menurut perjanjian lama bernama Potifar yang merupakan kepala pengawal raja.ini terjadi sekitar 1720 SM. Setelah perjalanan hidup yang berliku-liku, pada akhirnya Nabi Yusuf as. Mendapat kedudukan tinggi, bahkan menjadi penguasa Mesir setelah kawin dengan putri salah seorang pemuka agama. Nabi Yusuf as. Meninggal di Mesir sekitar 1635 SM. Konon jasadnya diawetkan sebagaimana kebiasaan orang-orang Mesir pada masa itu. Dan ketika orang-orang Isra’il meninggalkan Mesir, mereka membawa jasad/mumi beliau dan dimakamkan disatu tempat yang bernama Syakim. Demikian antara lain keterangan Thahir Ibn ‘Asyur.
Surah Yusuf turun di Mekah sebelum Nabi saw. Berhijrah ke Madinah. Situasi dakwah ketika itu serupa dengan situasi turunnya surah Yunus, yakni sangat kritis, khususnya setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj di mana sekian banyak yang meragukan pengalaman Nabi saw. Itu; bahkan sebagian yang lemah imannya menjadi murtad. Di sisi lain, jiwa Nabi Muhammad saw. Sedang diliputi oleh kesedihan, karena istri beliau, Sayyidah Khadijah ra., dan paman beliau, Abu Thalib, baru saja wafat. Nah, dalam situasi semacam itulah turun surah ini untuk menguatkan hati Nabi saw.
Dalam kisah ini, pribadi tokohnya - Nabi Yusuf as. – dipaparkan secara sempurna dan dalam berbagai bidang kehidupannya. Dipaparkan juga aneka ujian dan cobaan yang menimpanya serta sikap beliau ketika itu. Perhatikanlah bagaimana surah ini dalam salah satu episodenya menggambarkan bagaimana cobaan yang menimpa beliau bermula dari gangguan saudara-saudaranya, pelemparan masuk kesumur tua, selanjutnya bagaimana beliau terdampar ke negeri yang jauh, lalu rayuan seorang wanita cantik, kaya dan istri penguasa yang dihadapi oleh seorang pemuda normal yang pasti memiliki juga perasaan dan birahi; dan bagaimana kisahnya berakhir dengan sekses setelah berhasil istiqamah dan bersabar. Sabar dan istiqamah itulah yang merupakan kunci keberhasilan, dan itu pula yang dipesankan kepada Nabi Muhammad saw. Pada akhir surah yang lalu. Di akhir surah yang lalu juga ( ayat 115) disebutkan bahwa Allah swt. Tidak menyia-nyiakan ganjaran al-muhsinin. Untuk membuktikan hal tersebut, dikemukakan kisah Nabi Ya’qub as., dua orang yang sabar sekaligus termasuk kelompok muhsinin yang tidak disia-siakan Allah swt. Amal-amal baik mereka.
Surah ini adalah wahyu ke- 53 yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Keseluruhan ayat-ayatnya turun sebelum baliau berhijrah. Ada pendapat yang menyatakan bahwa tiga ayatnya yang pertama turun seteleh Nabi berhijrah, lalu ditempatkan pada awal surah ini.
            Ketiga ayat yang dinilai turun di Madinah itu sungguh tepat merupakan mukadimah bagi uraian surah ini sekaligus sejalan dengan penutup surah dan dengan demikian ia merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Karena itu, sungguh tepat pula yang menilai bahwa pendapat yang mengecualikan itu adalah lemah, atau seperti tulis as-Suyuthi dalam al-Itqan, “tidak perlu diperhatikan”.
Tujuan utama surah ini menurut al-Biqa’i, adalah untuk membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an benar-benar adalah penjelasan menyangkut segala sesuatu yang mengantar kepada petunjuk, berdasar pengetahuan dan kekuatan Allah swt. Secara menyeluruh – baik terhadap yang nyata maupun yang gaib. Nah, kisah surah ini adalah yang paling tepat untuk menunjukkan tujuan yang dimaksud. Dengan al-Biqa’i.
Surah ini merupakan surah yang unik. Ia menguraikan suatu kisah menyangkut satu pribadi secara sempurna dalam banyak periode. Biasanya al-Qur-an menguraikan kisah seseorang dalam satu surah yang berbicara tentang banyak persoalan, dan kisah itu pun hanya dikemukan satu atau dua episode, tidak lengkap sebagaimana halnya surah Yusuf ini. Ini salah satu sebab mengapa sementara ulama memahami bahwa; kisah surah ini yang ditunjuk oleh ayatketiganya, sebagai  ahsan al-Qashash (sebaik-baik kisah). Disamping kandungannya yang demikian kaya dengan pelajaran, tuntunan dan hikmah, kisah ini kaya pula dengan gambaran yang sungguh hidup melukiskan gejolak hati pemuda, rayuan wanita, kesabaran, kepedihan dan kasih sayang seorang ayah. Kisah ini juga mengundang imajinasi, bahkan memberi aneka informasi tersurat dan tersirat tentang sejarah masa silam.
Sebelum memasuki penafsiran ayat-ayat surah ini, perlu digaris bawahi bahwa kisah-kisah al-Qur’an bermacam-macam. Walaupun penulis tidak sependapat dengan mereka yang menyatakan bahwa al-Qur’an terdapat kisah yang berupa legenda, tetapi penulis tidak menolak pendapat yang menyatakan bahwa ada unsur imajinasi, atau kisah simbolik dalam al-Qur’an. Unsur-unsur yang dinyatakan mutlak adanya bagi satu kisah yang menarik, misalnya kehadiran tokoh wanita terpenuhi dalam banyak kisah-kisahnya. Salah satu yang sangat menonjol adalah dalam surah ini. Hanya perlu dicatat bahwa al-Qur’an, ketika memaparkan persoalan wanita atau seks, maka itu dikemukakannya dalam bahasa yang sangat halus, tidak mengandung rangsangan birahi atau tepuk tangan pembacanya. Berbeda dengan banyak kisah dewasa ini.[5]


E. Nilai Pendidikan
1. Sikap terbuka diantara Yusuf dan ayahnya Ya’qub
Sikap terbuka dan komunikasi yang baik terjalin antara anak dan ayah, terlihat ketika Yusuf mengadukan mimpinya kepada ayahnya yaitu ketika Yusuf putra Ya’qub berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah bermimpi melihat sebelas bintang yang sangat jelas cahayanya serta matahari dan bulan, telah kulihat semuanya bersama-sama mengarah kepadaku, tidak ada selain aku dan mereka semua benda langit itu dalam keadaan sujud kepadaku seorang.[6]
Quraish Shihab menjelaskan bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang sangat besar, apalagi bagi seorang anak kecil yang hatinya masih diliputi oleh kesucian dan kasih sayang ayahnya. Sedangkan kasih sayang ayahnya tersebut disebut pula dengan penghormatan kepada beliau. Tapi sangat disayangkan sebagai orang tua, Ya’qub kurang adil terhadap putra-putranya yang seharusnya lebih membuka diri, sehingga anak dapat mencurahkan perasaan-perasaannya dengan memperhatikan apakah ada tanda-tanda adanya perasaan yang tidak enak pada diri mereka. Di sini peran sikap adil dan bijaksana mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap mental dan kepribadian sang anak. Kalau saja Ya’kub bersikap adil dan bijaksana pada saudara-saudara Yusuf, maka mereka akan merasa diperhatikan dan merasa tidak dibeda-bedakan sekalipun dari seorang isteri yang bukan pilihannya.
Peran ayah seharusnya bisa menjaga agar perasaan (sayangnya pada Yusuf) tidak keluar sampai kelihatan atau salah artikan oleh saudara-saudarnya. Jadi salah satu tugas orang tua yang paling kritis adalah membantu anak-anak tumbuh dengan keterampilan sosial dan kesehatan emosional. Aturan keluarga, waktu untuk diskusi dan pemecahan masalah keluarga dan niat baik serta semngat kerja sama akan menempatkan anak-anak pada jalur konstruktif positif.[7] Sehingga saudara-saudara Yusuf tidak akan timbul niatan jahat terhadap yusuf.
Dalam konteks sekarang ini, sikap terbuka yang diperlihatkan oleh Yusuf sebagai seorang anak terhadap Ya’qub sebagai seorang anak kiranya sangan relevan untuk diterapkan dalam kehidupan berkeluarga. Dimana peran ayah sebagai orang tua sekaligus sebagai pendidik harus bisa memahami keadaan anak-anaknya, terbuka, adil dan bijaksana. Perhatian dan curahan kasih sayang seorang ayah harus bisa dirasakan oleh semua anak-anaknya. Jangan sampai ada perasaan dari sebagian anak yang merasa dibedakan.
2. Kebijaksanaan seorang kepada keluarga
Peristiwa ini bermula ketika Zulaikha seorang isteri pejabat pemerintahan di Mesir (aziz) menggoda mau memperkosa Yusuf, sehingga Yusuf mendapati robek bajunya ketika dia lari dari kejaran Zulaikha. Pada saat itu, suami Zulaikha memergokinya dan mendatangkan saksi terhadap kejadian tersebut. Yang mana dari hasil kesaksian tersebut Yusuf divonis tidak bersalah. Walaupun Yusuf divonis tidak bersalah, sebagai seorang kepala keluarga (aziz) mengambil suatu kebijakan untuk menjaga keutuhan dan nama baik keluarga. Hal ini tercermin dalam perkataan Aziz (suami) tersebut ketika berkata:
“Yusuf, berpalinglah dari ini, dan engkau ( hai wanita) mohonlah ampun atas dosamu...”[8] Apa yang diputuskan suami telah menyelesaikan persoalan.
Peristiwa ini, menurut Quraish Shihab, merupakan salah satu peristiwa yang sering terjadi pada rumah-rumah keluarga “terhormat” yang kurang memperhatikan tuntunan agama. Mereka tahu dan menyadari bahwa perbuatan mereka buruk, tetapi di saat yang sama mereka ingin tampil atau paling tidak diketahui sebagai keluarga terhormat yang memelihara nilai-nilai moral. Karena itu kasus yang seperti ini harus ditutup dan dianggap seakan-akan tidak perlu ada.[9]
3. Raja yang adil / Menegakkan keadilan
Menurut Quraish Shihab, penggunaan kata malik / raja dalam ayat ke-43 surah Yusuf mengisyaratkan bahwa kepala negara atau raja di Mesir ketika itu berlaku adil dan tidak sewenang-wenang. Hal ini terbukti dengan diadakannya upaya penyelidikan terhadap kasus Nabi Yusuf, memberikan kebebasan beragama dan memberikan jabatan penting kepada orang yang berlainan keyakinan dengan sang raja untuk menjalankan tugas kepemerintahan sebagaimana yang ditugaskan kepada yusuf.
Kalau melihat konteks sekarang sifat-sifat raja tersebut kiranya sangat relevan kalau dimiliki oleh para pemimpin negara dalam rangka melaksanakan tugas kenegaraan untuk mencapai kemakmuran. Dimana masa sekarang merupakan suatu masa yang sangat kompleks sebagai sebuah sunnatullah dengan bertambahnya usia zaman dan jumlah penduduk, maka akan bertambah pula problematika yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Maka oleh karena itu seorang pemimpin haruslah mempunyai karakter-karakter sebagai berikut: 1) mempunyai sikap toleran dan menghilangkan perasaan sukuisme dengan cara menyatukan perbedaan sekaligus mengikis perasaan sektarian-isme. 2) memiliki landasan kerjasama dan solidaritas yang diletakkan dalam kerangka yang luas. 3) mampu menghilangkan kultur organisme baik organisme suku, masa, sosial, politik dan lain-lain. Yang mana semua itu hanya akan menambah deretan persoalan sekaligus memperlebar jurang perbedaan. Dengan kata lain seorang pemimpin haruslah netral dala memutuskan suatu kebijakan tanpa adanya pengaruh-pengaruh dari luar. 4) terbuka dalam arti seorang pemimpin haruslah terbuka terhadap dinamika internal masyarakat.[10] 5) memiliki sifat amanah. [11] Pengertian amanah berarti menempatkan sesuatu pada tempat yang wajar, seperti juga kedudukan tidak diberikan kecuali pada orang-orang yang betul-betul ahli dan mampu menunaikan tugas-tugas dan kewajibannya dengan benar.
Bangsa tidak mengemban (mempunyai) amanat, itulah bangsa yang mempermainkan kepentingan yang telah ditetapkan, sehingga melemahkan kemampuan orang-orang yang ahli (mampu). Meraka mengabaikan tenaga-tenaga ahli untuk menetapkan orang-orang lemah yang tidak mampu (bukan tenaga ahli).[12]
4. Permintaan Jabatan/Profesionalitas
Bermula dari mimpinya seorang raja dan meminta pertolongan kepada Yusuf untuk menafsirkan mimpinya dan apa yang ditafsirkan oleh Yusuf sang raja mempercayainya, maka Yusuf diberikan tempat oleh sang raja untuk menduduki jabatan dipemerintahannya. Maka apa yang dilakukan yusuf kepada sang raja adalah meminta jabatan untuk ditempatkan sebagai bendaharawan. Hal ini bisa tercermin dalam surah Yusuf ayat 55:
“Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.
Apa yang dilakukan Yusuf dengan meminta jabatan kepada sang raja dalam masa sekarang masih relevan dan sering terjadi. Permintaan jabatan yang diajukan Yusuf tidak bertentangan dengan moral agama yang meminta jabatan, permintaan ini berdasarkan pengetahuannya bahwa tidak ada yang lebih tepat dari dirinya dalam tugas tersebut dan tentunya dengan tujuan menyebarkan dakwah ilahiah. Ayat diatas selanjutnya dapat menjadi dasar untuk membolehkan seseorang untuk mencalonkan diri atau kampanye untuk dirinya, selama motivasinya demi kepentingan masyarakat, serta merasa mampu atas jabatan tersebut. Lanjut Quraish Shihab, syarat bagi pejabat serta berlaku umum kapan dan dimana saja, yaitu memegang suatu jabatan haruslah benar-benar amat tekun memelihara amanah dan amat berpengetahuan.
5. Sabar
Banyak kisah-kisah di dalam Al-Qur’an sering dikemukakan sebagai tamsil, itibar atau perumpamaan, agar manusia mau tafakkur, suatu refleksi religius tatkala musibah datang menimpa.[13]



 
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
17
 
            Yusuf adalah putra Ya’qub Ibn Ibrahim as. Ibunya adalah Rahil, salah seorang dari tiga istri Nabi Ya’qub as. Ibunya meninggal ketika adiknya, Benyamin, dilahirkan, sehingga ayahnya mencurahkan kasih sayang yang besar kepada keduanya melebihi kasih sayang kepada kakak-kakaknya. Ini menimbulkan kecemburuan yang akhirnya mengantar mereka menjerumuskannya kesumur. Ia dipungut oleh kafilah orang-orang Arab yang sedang menuju ke Mesir. Ketika itu, yang berkuasa di Mesir adalah dinasti yang digelari oleh oraang Mesir dengan Heksos, yakni “para pengembala babi”. Pada masa kekuasaan Abibi yang digelari oleh al-Qur’an dengan al-malik-bukan Fir’aun-Yusuf tiba dan dijual oleh kafilah yang menemukannya kepada seorang penduduk Mesir yang menurut perjanjian lama bernama Potifar yang merupakan kepala pengawal raja.ini terjadi sekitar 1720 SM. Setelah perjalanan hidup yang berliku-liku, pada akhirnya Nabi Yusuf as. Mendapat kedudukan tinggi, bahkan menjadi penguasa Mesir setelah kawin dengan putri salah seorang pemuka agama. Nabi Yusuf as. Meninggal di Mesir sekitar 1635 SM. Konon jasadnya diawetkan sebagaimana kebiasaan orang-orang Mesir pada masa itu. Dan ketika orang-orang Isra’il meninggalkan Mesir, mereka membawa jasad/mumi beliau dan dimakamkan disatu tempat yang bernama Syakim. Demikian antara lain keterangan Thahir Ibn ‘Asyur.
Surah Yusuf turun di Mekah sebelum Nabi saw. Berhijrah ke Madinah. Situasi dakwah ketika itu serupa dengan situasi turunnya surah Yunus, yakni sangat kritis, khususnya setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj di mana sekian banyak yang meragukan pengalaman Nabi saw. Itu; bahkan sebagian yang lemah imannya menjadi murtad. Di sisi lain, jiwa Nabi Muhammad saw. Sedang diliputi oleh kesedihan, karena istri beliau, Sayyidah Khadijah ra., dan paman beliau, Abu Thalib, baru saja wafat. Nah, dalam situasi semacam itulah turun surah ini untuk menguatkan hati Nabi saw.
2. SARAN
            Penulis menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna dan msih banyak kesalahan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi pembaca guna menyempurnakan makalah ini agar bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.




 
DAFTAR PUSTAKA
K. H. Q. Shaleh, et, 2000, Asbabun Nuzul, Bandung,  CV penerbit diponegoro.
Shihab, M. Quraish, 2007, Tafsir Al-Mishbah, Cet. VIII, Jakarta, Penerbit Lentera Hati.
Elias, Mauric J., dkk, 2000, cara Efektif mengasuh anak dengan EQ, Bandung, Kaifa.

Shihab, Quraish, 2004, Tafsir al-Misbab, Jakarta, Lentera Hati.
Rohim, Aunur, Iip Wijayanto, 2001, kepemimpinan islam, Yogyakarta, UUI Press.
Al-Khuly, Muhammad Abdul Aziz, 1989, Akhlak Rasulullah SAW, terj. Abdullah Shonhadji, Semarang, Wicaksana.


19
 
 


[1] Terjemahan ayat tersebut: Allah telah Menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karena kulit orang-orang yang takut kepada Rabb-nya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktumengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dengan kitab itu, Dia menunjuki siapa yang Dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang Disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.
[2] Terjemahan ayat tersebut: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan kitab kepadanya. Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang pasik.
[3] K. H. Q. Shaleh, et. Al, Asbabun Nuzul, ( Bandung: CV penerbit diponegoro. 2000), Edisi kedua, Hal. 295-296.
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2007), Cet. VIII, Hal. 387.
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2007), Cet. VIII, Hal. 387-390.
[6] Quraish Shihab, tafsir al-Misbab, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), hal. 395
[7] Mauric J. Elias, dkk, cara Efektif mengasuh anak dengan EQ, (Bandung: Kaifa, 2000), hal. 54-55.
[8] QS. Yusuf (12): 29
[9] Quraish Shihab, Tafsir al-Misbab, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), hal. 439
[10] Aunur Rohim dan Iip Wijayanto, kepemimpinan islam ( Yogyakarta: UUI Press, 2001), hal. 31-32
[11] Muhammad Abdul Aziz Al-Khuly, Akhlak Rasulullah SAW, terj. Abdullah Shonhadji (Semarang:Wicaksana, 1989), hal. 485.
[12] Ibit, hal. 487
[13] Quraish Shihab, tafsir al-misbab, hal. 489.

0 comments:

Post a Comment

Copyright @ 2013 Dini Setiawati.