Tuesday, April 24, 2018

Filled Under:

Ilmu Pendidikan


1.         Pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk  meningkatkan kepribadiannya dengan jalan  membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pakir, karsa, rasa cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
Pendidikan juga berarti lembaga yang bertanggung  jawab menerapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga- lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.  [1]
-     Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara
Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentan realitas yang kita sebut pendidik ( mendidik dan dididik). Pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
-     Menurut Prof. M. J. Langeveld
Paedogogi atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak. Objek ilmu pendidikan ialah proses-proses atau situasi pendidikan
-     Menurut  Dr. Sutari Imam Barnadib
Ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses pendidikan.
-     Menurut Prof. Brodjonegoro
Ilmu pendidikan atau paedagogi adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang luas paedagogi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan.[2]
Secara umum, ilmu pendidikan dipahami dalam dua pengertian. Pengertian pertama, ilmu pendidikan dipahami sebagai seni mendidik (the art of educating), atau seni mengajar (the art of teachig) sebagaimana diungkapkan Canter V. Good. Pengertian semacam ini mengangap ilmu pendidikan berisi sederetan kiat-kiat jitu dalam mendidik yang efektif, sebagaimana telah dikaji dan diteliti para ahli. Pengertian kedua,ilmu pendidikan dipahami sebagai disiplin ilmu yang mempelajari fenomena pendidikan dengan prinsip-prinsip ilmiah (science of education).[3]
2. a. Dasar pendidikan
       Dasar pendidikan adalah persoalan dasar merupakan masalah yang sangat findemental dalam pelaksanaan pendidikan karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan.
b. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara mikro (luas) ialah sebagai alat:
1) pengembangan pribadi ;
2) pengembangan warga negara ;
3) pengembangan kebudayaan ;
4) pengembangan bangsa.
Pada prinsipnya mendidik ialah memberi tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik.[4]
c. Tujuan pendidikan
- Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian deengan pendidikan. Pada uraian berikut akan dikemukakan tujuan-tujuan pendidikan itu, yang diakhiri dengan tujuan pendidikan secara umum.
     Dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 Ayat 1 disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar:
1) Kecerdasan
2) Pengetahuan
3) Kepribadian
4) Akhlak mulia
5) Keterampilan untuk hidup mandiri
6) Mengikuti pendidikan lebih lanjut[5]
- Tujuan pendidikan di Indonesia bisa dibaca pada GBHN, berbagai peraturan pemerintahan dan undang-undang pendidikan.Pertama-tama mari kita lihat GBHN Tahun 1993. Dalam GBHN itu dijelaskan bahwa kebijaksanaan pembangunan sektor pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, dan sehat jasmani-rohani. Indikator-indikator tujuan pendidikan diatas dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1) Hubungan dengan Tuhan, ialah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Pembentukan pribadi, mencakup berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju tangguh, cerdas, dan kreatif.
3) Bidang usaha, mencakup terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif.
4) Kesehatan, yang mencakup kesehatan jasmani dan rohani.[6]
d. Pendidikan Sebagai Ilmu
Ilmu pendidikan termasuk dianggap ilmu karena empat alasan.
1) ilmu pendidikan adalah ilmu yang obyektif. Obyek-obyek ilmu pendidikan ada dua yaitu obyek material dan formal. Obyek materialnya adalah manusia, obyek formalnya adalah upaya pengembangan subjek atau satuan sosial menjadi secara normatif lebih baik.
2) rasional-metodis yaitu memiliki langkah-langkah rasional metodis yang sesuai dengan penalaran manusia. Metode yang dipakai ilmu pendidikan adalah: normatif, eksplanatori, tehnologis, deskriptif-fenomenologis, hermeneutis, dan analitis-kritis.
3) apa yang ditelaah oleh ilmu pendidikan telah memiliki evidensi empirik
4) disiplin ilmu pendidikan memilikiseperangkat hasil kajian yang disusun secara ekumulatif-sistematis. Sistematika ilmu pendidikan dibangun atas dasar ciri-ciri esensial aktivitas pendidikan dan unsur-unsur proses pendidikan. Ilmu pendidikan dibedakan menjadi empat macam:
1) ilmu pendidikan teoretis;
2) ilmu pendidikan praktis;
3) ilmu pendidikan sistematis; dan
4) ilmu pendidikan historis.[7]
e. Pendidikan Sebagai Sistem
McAshan (1983) mendefinisikan sistem sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana dikomposisi oleh satu set elemen, yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit, masing-masing element mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk logis. Sementara itu Immegart (1972) mengatakan esensi sistem adalah merupakan suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis, bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain, serta peduli terhadap konteks lingkungnnya. Dari kedua pendapat diatas jelaslah sistem itu memiliki struktur yang teratur. Sistem terdiri dari beberapa subsistem, setiap subsistem mungkin terdiri dari beberapa sub-subsistem, selanjutnya setiap sub-sub-subsistem, begitu seharusnya sampai bagian itu tidak dapat dibagi lagi yang disebut komponen. Sistem itu adalah sebagai suatu strategi, cara berpikir, atau model berpikir. Ini berarti ada model berpikir sistem dan ada pula model berpikir nonsistem. Melaksanakan pendidikan agama secara sistem akan menekankan pada semua aspeknya secara berimbang seperti pemahaman, hafalan, penghayatan, tindakan sehari-hari, pergaulan dimasyarakat, dan sebagainya. Tetapi bila melaksanakannya dengan nonsistem, mungkin akan menekankan tentang cara sembahyang saja, atau hafalannya saja, dengan menomorduakan yang lain. Secara konsep berpikir secara sistem dipandang lebih baik daripada secara nonsistem dalam melaksanakan atau menyelesaikan secara nonsistem dalam melaksanakan atau menyelesaikan maslah tertentu.[8]
Proses pendidikan sebagai sistem
Masukan
Keluaran/Hasil

Proses Usaha
 


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula bahwa “pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelolaan pendidikan, struktur/jenjang. Kurikulum dan peralatan/fasilitas.[9]
3. Faktor pendidikan merupakan sebuah faktor dalam pendidikan yang memiliki fungsi sebagai pengajar atau pendidik yang akan menuntun atau membimbing suatu murid atau siswa yang diajar bisa mncapai tujuan nya.
Dalam aktivitas pendidikan ada enam faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi namun faktor integratirnya terutama terletak pada pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasan.
Keenam faktor pendidikan tersebut meliputi:
a. Faktor tujuan
Dalam praktik pendidikan, baik dilingkungan keluarga, disekolah maupun dimasyarakat luas, banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya. Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritische Pedagogik dibedakan adanya macam-macam tujuan sebagai berikut :
1)Tujuan umum
2)Tujuan tak sempurna (tak lengkap)
3)Tujuan sementara
4)Tujuan  perantara
5)Tujuan insidental.

b. faktor pendidikan
kita dapat membedakan pendidikan itu menjadi dua kategori, ialah:
1) Pendidikan menurut kodrat, yaitu orang tua; dan
2) Pendidikan menurut jabatan, ialah guru
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama, karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya.
Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu:
1) unsur kasih sayang pendidik terhadap anak
2) unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak.
Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya, antara lain:

1) kasih sayang kepada peserta didik;
2) tanggung jawab kepada tugas pendidikan.
c. Faktor peserta didik
        Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan makin cepatnya perubahan sosial, dan berkat penemuan teknologi, maka komunikasi antar manusia berkembang secara cepat. Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas sama bisa memiliki profil materi pengetahuan yang berdeda-beda. Hal ini tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan seseorang.
Ada empat konteks yang dapat disebutkan, yaitu:
1) lingkungan dimana peserta belajar secara kebetulan dan kadang-kadang, disini mereka belajar tidak terprogram;
2) lingkungan belajar dimana peserta didik belajar secara sengaja dan dikehendaki;
3) sekolah dimana peserta didik belajar mengikuti program yang diterapkan; dan
4) lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang ideal dimana peserta dapat melakukan cara belajar siswa aktif (CBSA) sekaligus menghayati/ mengimplisitkan nilai-nilai.
d. Faktor isi/ materi pendidikan
Yang termasuk dalam arti/ materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidikan langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, ada syarat utama dalam pemulihan beban/materi pendidikan, yaitu:
1) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan;
2) materi harus dengan peserta didik.
e. Faktor metode pendidikan
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan bahan/materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
f. Faktor situasi lingkungan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil  pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan teknis dan lingkungan sosio-kultural. Dalam hal-hal dimana situasi lingkungan ini berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu menjadi pembatas pendidikan.[10]
4. Pembawaan dan lingkungan terhadap pendidikan
Pembawaan atau turunan (hereditas) adalah warisan yang dibawa anak sejak lahir dari kandungan ibunya dan yang berasal nenek moyang. Pembawaan tersebut berupa: bentuk tubuh, raut muka warna kulit, bakat, intelegensi, sifat-sifat / watak dan penyakit.
Pengaruh pembawaan dan lingkungan terhadap pendidikan ada beberapa faktor yaitu:
a. Faktor internal yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis ( faktor dari diri/ keadaan dirinya sendiri.
b. Faktor eksternal yaitu faktor dari sebuah lingkungan sekitar ( dari luar)
c. Faktor pendekatan belajar, yakni bagaimana jenis anak ini belajar apakah ia giat atau malas dalam belajar.
5. Konsep, dasar-dasar dan implikasi pendidikan seumur hidup
- Konsep pendidikan seumur hidup
Dalam GBHN dinyatakan bahwa “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah”.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus-menerus (kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep islam seperti yang tercantum dalam hadist Nabi Muhammad SAW., yang menganjurkan belajar mulai dari buaian sampai keliang kubur.
Dalam pendidikan seumur hidup dikenal adanya 4 macam konsep kunci, yaitu:
1) Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri
2) Konsep belajar seumur hidup
3) Konsep pelajar seumur hidup
4) Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
-          Dasar pendidikan seumur hidup
Ada bermacam-macam dasar pemikiran yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup sangat penting.
Dasar pemikiran tersebut ditinjau dari beberapa segi antara lain:
1) Ideologis
2) Ekonomis
3) Sosiologis
4) Politis
5) Teknologis
6) Psikologis dan padagogis
- Implikasi Konsep pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan.
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Ananda W.P. Guruge, dalam garis besarnya dapat dikelompokkan dalam enam kategori, sebagai berikut:
a. Pendidikan baca tulis fungsional
b. Pendidikan vocasional
c. Pendidikan profesional
d. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
e. Pendidikan kewargaan negara dan kedewasaan politik
f. Pendidikan kultural dan pengisian waktu luang
- Implikasi konsep pendidikan seumur hidup dan sasaran pendidikan
Adapun mengenai implikasi konsep pendidikan seumur hidup ini pada sasaran pendidikan, Ananda W. P. Guruge jugs mengklasifikasikannya dalam enam kategori, masing-masing dengan prioritas programnya.
Masing-masing kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Para buruh dan petani
b. Golongan remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya
c. Para pekerja yang berketerampilan
d. Golongan technicians dan professionals
e. Para pemimpin dalam masyarakat
f. Golongan anggota masyarakat yang sudah tua.[11]



[1] Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2005), Cet IV, Hal 7
[2] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2006),   Hal 7
[3] Arif Rohman, Memahami pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:LaskBang Mediatama Yogyakarta, 2009), Cet I, Hal 11
[4] Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2005), Cet IV, Hal 11
[5] Prof. Dr. Made Pidarta, Landasan kependidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2007), Cet II,  Hal  12.
[6] Prof. Dr. Made Pidarta, Landasan kependidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2007), Cet I, 
Hal  11.

[7] Arif Rohman, Memahami pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:LaskBang Mediatama Yogyakarta, 2009), Cet I, Hal 72-73
[8] Prof. Dr. Made Pidarta, Landasan kependidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2007), Cet II,  Hal  27-28.
[9]  Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2005), Cet IV, Hal 110.
[10] Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2005), Cet IV, Hal 7-10.

[11] Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2005), Cet IV, Hal 40-54.

0 comments:

Post a Comment

Copyright @ 2013 Dini Setiawati.